Setiap usaha pasti ada sisi plus minusnya, perlu strategi khusus agar bisa mendapatkan keuntungan dan selalu berada di posisi aman. Memang ada kalanya bisnis itu turun dan suatu saat nanti akan naik bagaikan perputaran roda. Dan setiap bisnis pasti ada resikonya, entah itu dari faktor internal maupun eksternal, termasuk dalam resiko usaha rongsokan yang menurut orang itu menghasilkan banyak uang walaupun terlihat kotor tetapi pasti ada aja masalah yang siap menghadang.
Sebelum menginjak dengan pembahasan resiko bisnis ini , posisikan pembaca atau anda sebagai owner atau pemilik usaha pengepul rongsokan. Sehingga dengan mengetahui resiko ini, anda harus siap dengan segala skenario yang akan anda jalankan dan rencana untuk mengatasi resiko usaha rongsok ini.
DAFTAR ISI
3 Faktor Resiko Usaha Rongsokan
Pada artikel ini akan berisi mengenai resiko bisnis rongsokan berdasarkan pengalaman dan dari berbagai fakta yang ada di lapangan, sehingga akan menjadi pengalaman berharga untuk anda yang akan memulai bisnis ini. Sehingga dengan adanya resiko dan masalah tersebut akan membuat anda semakin tertantang untuk menghalaunya bukan malah menghindarinya. Apa sajakah resiko yang sering dihadapi dalam bisnis ini?
1. Resiko Usaha Rongsokan Pada Faktor Owner
Selain resiko internal dan eksternal yang sebenarnya itu terjadi karena kurang terstruktur dan dikelola dengan baik, ada lagi yaitu resiko yang muncul dari pemilik bisnis tersebut, dan pada bab ini adalah kasus kejadian yang sudah disarikan dari sumber dan kita sebut resiko owner untuk memudahkan klasifikasinya. Apakah saja risikonya?
Berurusan dengan Hukum Undang-Undang
- Resiko ini terjadi jika kita membeli barang ilegal atau barang selundupan yang melanggar aturan. Dengan adanya kasus ini, anda bisa dianggap sebagai penadah dan harus berurusan dengan hukum. Oleh karena itu anda harus berhati-hati, jika barangnya mencurigakan dan anda ragu-ragu, maka sebaiknya ditinggalkan atau anda harus menggukan surat perjanjian hitam diatas putih sebagai tanda jadi.
Salah Memperkirakan Harga Barang Beujung Rugi
- Hal ini biasa terjadi oleh para pengepul besar. Bagaimana resiko ini terjadi? Jadi, ceritanya si pengepul ini memborong sebuah bus/ truk kendaraan rongsokan yang dijual utuh semuanya dalam keadaan kendaraan tersebut rusak. Nah dalam kasus seperti ini pengepul harus jeli dalam memperkirakan harga barang tersebut, karena jika salah harga akan membuat rugi besar. Apapun yang dibeli entah itu elektronik, plastik, kardus, kaca, kawat tembaga, kertas HVS, ember cat putihan, besi beton dll anda harus memberkirakan harga tersebut jika mau borongan.
- Mengapa? Karena biasanya si pengepul akan mencacah-cacah bus tersebut setelah semua deal dengan pemilik bus tadi, maksudnya yaitu kendaraan yang tadi dibeli kemudian akan dipisahkan sesuai dengan kategorinya. Semisal, pada bagian mesin akan dipisahkan dengan kerangkanya, karena pada kerangka tersebut termasuk kategori besi, kemudian yang plastik juga akan disendirikan yang kemudian akan dijual per kilogram ke pelebur barang tersebut. Oleh sebab itu, sebagai pengepul/ pembeli harus bisa jeli memperkirakan harga barang yang akan dibeli.
Resiko Usaha Rongsokan Modal Macet
- Menurut salah satu sumber pengusaha rongsok, modal bisa tersendat. Penyebabnya yaitu kadang kita harus memodali pemulung atau tukang rosok keliling terlebih dahulu sehingga kita harus punya modal cadangan agar roda dunia bisnis masih terus berjalan. Namun ada kalanya bertemu dengan orang yang kurang amanah, sudah diberikan modal tetapi malah berhianat.
Barang Bekas/ Rongsok Tidak Selalu Ada
- Pernahkah melihat ada tukang rongsok keliling ke kampung? Atau pemulung yang sedang mencari barang bekas? Secara tidak langsung, itu adalah mitra dari si owner bisnis rosok tersebut. Jadi mitra-mitranya berkeliling untuk membeli rosok dan barang di rumah warga, lalu nanti dikumpulkan disuatu tempat kemudian akan dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya.
- Jadi semisal anda pernah melihat di tempat pengumpulan barang rongsok, pasti disana sudah terpilah dengan baik sesuai dengan kategori barang tersebut, seperti plastik botol disendirikan, kertas HVS dan kertas karton juga sudah dibedakan padahal sama jenisnya kertas, kawat tembaga, lilitan kawat pompa barang elektronik juga dibedakan. Yang jadi masalah dan tentunya berisiko adalah barang rongsok yang akan dikumpulkan tersebut tidak ada, atau kasus yang agak ringan yaitu pengumpulannya lama yang mengakibatkan tersendatnya perputaran keluar barang.
- Kita contohkan begini, jadi si pemilik bisnis rongsok ini akan menunggu jenis kertas karton muat hingga 1 truk, kalau belum mencapai target maka akan dicarikan terus menerus hingga sesuai target yaitu 1 truk. Hal ini dikarenakan untuk menghemat biaya transportasi membawa kertas karton tersebut ke peleburan atau pengolahan limbah berguna. Begitu juga jenis barang rongsok yang lain, makanya mitra-mitra juga harus bergerak cepat untuk mengatasi hal tersebut. Makanya sering kita lihat, apabila ada tetangga atau orang sekitar kita sedang menjalani bisnis ini, pasti tempat tersebut menggunung barang rongsok yang sudah dipisahkan dan berujung ke kumuh.
Kerugian Barang Rongsok Kecampuran
- Dari pengalaman pengusaha rongsok yang pernah mengutarakan tentang resiko usaha rongsok, yaitu barang kecampuran. Maksudnya yaitu, apabila anda bertindak sebagai pengepul anda harus selalu cek barang yang dibeli sesuai yang dibicarakan oleh orang yang mau menjual rongsok tersebut. Karena berdasarkan pengalaman pengusaha tersebut semisal membeli besi tapi tercampur dengan kaleng yang secara harga berbeda, lalu membeli kertas duplex atau kertas bungkus tetapi basah.
Bahaya Harga Barang Rosok Yang Fluktuatif
- Sewaktu tahun 2008. Ember cat putih pernah berada di masa jayanya yaitu Rp 8500 tetapi tiba tiba anjlok ke harga Rp 3500, kemudian tahun 2014 besi seharga Rp 4500 per kilonya merosot signifikan ke harga 2500. Yang dikarenakan adanya krisis ekonomi global pada tahun 2008. Selain itu entah apa yang menyebabkan harga barang rosok itu selalu berubah, bisa jadi karena supply and demand sesuai dengan prinsip ekonomi dasar. Permintaan pasar menurun otomatis akan terjadi dead stok di gudang rongsok kita, yang berakhir barang dijual murah ke distributor atau pengolahan sedangkan barang dari tukang rongsok sudah terlanjur kita beli dengan harga yang mahal. Maka mau tidak mau menjual dengan harga modal untuk menutupi kerugiannya.
- Oleh karena itu, untuk anda sebagai pemula yang ingin memasuki bisnis ini, anda harus punya kenalan atau relasi pebisnis serupa juga. Agar anda bisa tahu harga barang rongsok di pasaran agar saat anda mau menjadi pengepul, tidak salah memberi harga rongsokan tersebut.
Kerugian Barang Tidak Bisa Keluar
- Setelah tadi diatas menjelaskan tentang stok barang rongsok yang tidak ada, sekarang muncullah resiko yang kedua. Memang ,kita bisa mengumpulkan barang rongsok menjadi berbukit-bukit. Tetapi resikonya, mau dibawa kemana barang ini? Ini adalah salah satu resiko usaha rongsokan yang cukup besar. Salah satu solusinya yaitu, anda harus mempunyai relasi bisnis. Karena pada akhirnya nanti, barang rongsokan ini akan dijual kembali ke pengepul atau distributor yang akan mengolah barang tidak berguna ini menjadi barang mentah yang siap digunakan.
2. Resiko Usaha Rongsokan Faktor Eksternal
Pada pembahasan kali ini yaitu mengenai faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar tetapi mempengaruhi kinerja bisnis kita. Oleh karena itu anda harus jeli menangap dan mencari solusi di setiap masalah yang menerpa anda. Berikut adalah resiko usaha eksternal yang berasa dari luar.
Tempat Usaha yang Kumuh
- Penyebab: Jenis usaha ini harus membutuhkan tempat lokasi yang besar dan strategis. Besar kerana barang yang akan dikumpulkan biasanya bisa sampai menggunung. Strategis karena proses pengumpulan kemudian akan dimasukkan ke distributor/ Pelebur barang biasanya menggunakan truk dimana dibutuhkan lokasi yang mudah untuk dijangkau keluar masuk kendaraan berat.
- Solusi: Sudah sangat jelas bahwa penyebabnya adalah tempat usaha yang kurang begitu bersih, oleh karena itu untuk menghindari pengaduan pelayanan masyarakat sekitar, sebagai owner harus mencari tempat yang agak sepi penduduk tetapi jalannya mudah diakses. Akan tetapi, semisal terpaksa menggunakan tempat yang sudah padat maka mau tidak mau kita harus memberikan uang keamanan dan sebisa mungkin barang rongsokan harus benar-benar ditata agar terlihat rapi meskipun itu barang rongsokan.
Alat Kerja yang Kurang Mendukung
- Penyebab: Mungkin karena bisnis ini sering dikesampingkan atau dianggap sebelah mata, maka biasanya alat-alat pendukungnya biasanya juga cuma asal-asalan. Contoh sederhana yaitu, sarung tangan. Padahal itu adalah APD (Alat Pelindung Diri) yang cukup penting untuk tangan kita. Banyaknya barang dengan bentuk yang abstrak entah itu runcing, siku dll membuat sangat beresiko terluka atau tergores yang mengakibatkan kecelakaan kerja dan berujung mengeluarkan uang untuk berobat.
- Solusi: Siapkanlah selalu alat yang mendukung sesuai dengan fungsinya agar pekerjaan lancar sesuai dengan program kerja yang dibuat. Minimalnya kita tahu resiko K3 atau Keselamatan Kesehatan Kerja sebagai wawasan dalam bekerja sehingga mengurangi resiko kecelakaan dalam bekerja.
Risiko Karyawan yang Kurang Patuh
- Penyebab: Berbicara mengenai dengan SDM, akan banyak sekali faktor penunjangnya, mulai dari gaji, jam kerja, dll. Karena manusia itu sebenarnya tidak mau ditekan, selain itu jika ada yang nakal yang akan merepotkan kita.
- Solusi: Dengan adanya maintenance karyawan itu perlu untuk meningkatkan kualitas SDM. dan sangat dibutuhkan evaluasi setip minggu atau bulan untuk mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang sering terjadi sehingga dapat meminimalisir resiko yang timbul kedepannya dan yang sering terjadi di lapangan yaitu.Masalah dan Resiko yang Umum Terjadi Pada Pemilik/ Owner.
3. Resiko Usaha Rongsokan Faktor Internal
Yang dinamakan faktor internal sudah jelas bahwa masalah tersebut datang dari dalam usaha tersebut. Untuk anda yang ingin maju, sukses dan terus mengembangkan suatu usaha, entah itu bisnis rongsokan atau bisnis apapun itu, maka anda harus mengenali permasalahan secara intern terlebih dahulu. Kalau secara faktor internal sudah selesai, maka langkah selanjutnya yaitu mengatasi resiko yang diluar. Apa saja resiko usaha rongsokan secara internal?
Resiko Waktu Kerja yang Tidak Terstruktur
- Penyebab : Belum adanya aturan ketat, manajemen waktu yang kurang baik, mengingat perusahaan atau bisnis pengepul rongsokan bukan perusahaan yang sistematis seperti perusahaan besar pada umumnya, sehingga mengakibatkan kurang efisien dalam mengelola dari masing-masing divisi.
- Solusi: Memberikan aturan tegas bagi karyawan atau staff untuk dipatuhi.
- Contoh di lapangan: Semisal ada lembur, atau ada barang datang yang membutuhkan SDM cukup banyak. Maka, anda sebagai pemilik bisnis harus memberikan aturan yang jelas tentang lembur ini dengan sistem penggajian yang sesuai, siapa yang akan bertanggung jawab, dikarenakan ada beberapa kasus dimana sistem tersebut kurang diperhatikan sehingga menyebabkan rancu dan kurang maksimal dalam bekerja.
Karyawan dan Mitra yang Kurang Kompeten
- Penyebab: bisnis rongsokan dianggap sebagai bisnis yang dapat dijalankan oleh siapapun sehingga bagi pemilik bisnis dapat merekrut siapapun dengan syarat utama yaitu bekerja keras. Namun pekerjaan yang keras tanpa dibekali dengan kemampuan juga dapat menjadi bumerang misalnya penyelewengan barang rongsokan yang nanti malah dijual sendiri, kurang jujur dalam bekerja.
- Solusi: adanya SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam perekrutan karyawan dan mitra rongsok agar menciptakan tim yang mumpuni sehingga pekerjaan menjadi maksimal, resiko pun dapat teratasi dengan baik
- Contoh kasus dilapangan: Ada salah satu pebisnis rongsokan yang spesialisasinya adalah tentang kertas, entah itu kardus, kertas HVS, kertas kantor dll. Dengan adanya SOP yang cukup baik, usahanya sangat berkembang dan mulai terkenal (kisah nyata). Pengamatan saya, usaha tersebut sudah terstruktur dengan baik, mulai dari driver, penimbang, penanggung jawab lapangan yang semuanya sudah terencana dengan bagus.
Pengelolaan Keuangan yang Kurang Profesional
- Penyebab: SDM dalam bisnis rongsokan yang umumnya menengah kebawah perlu diedukasi untuk mengelola keuangan dan pembelanjaan supaya dana modal dapat tepat guna. Akan ada pengeluaran lain-lain selain biaya operasional bisnis seperti memberikan makanan minuman bagi karyawan, rokok, dan hal lain sehingga secara tidak langsung bisa menyebabkan pembengkakan anggaran bulanan yang berujung ke bangkrut.
- Solusi: tegas dalam mengelola keuangan, bila perlu Anda dapat mengajak orang yang kompeten di bidangnya atau minimalnya anda bisa belajar ke orang tersebut supaya pengelolaan dana mulai dari modal hingga pengeluaran menjadi lebih terkontrol.
- Contoh kasus dilapangan: ketika ada mitra anda yang sering mencari rongsok terbentur modal, maka anda harus membantunya tetapi harus ditekankan dengan ketentuan-ketentuan yang mengikat agar uang anda tetap aman.
Bagaimana Manajemen Resiko Bisnis Rongsokan?
Harus mulai dari mengenal resiko terlebih dahulu, dimana setiap bisnis harus ada manajemen yang baik untuk menghindari masalah dan kerugian. Namun yang perlu dicatat aladah, setiap usaha pasti ada resiko dan masalah tetapi dengan manajemen yang baik akan mengurangi risiko tersebut. Kemudian yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana manajemen dari bisnis ini? Yang paling utama dan mendasar yaitu kita mampu manajemenkan bagian resiko internal terlebih dahulu, dari waktu, karyawan dan mitra, lalu yang terakhir adalah keuangannya.
Petakan kendala, risiko dan bahaya yang sering terjadi di lapangan, karena setiap usaha mempunyai kendalanya dan bakalan berbeda dengan bisnis yang lain. Hanya anda sebagai pemilik bisnis yang tahu kendala tersebut di lapangan.
Kemudian setelah berhasil memetakan, lakukan solusi yang sekiranya winning atau berhasil untuk diaplikasikan ke kondisi usaha anda tersebut. Untuk penjelasan solusi yang sudah kita berikan diatas adalah kondisi umum yang biasa terjadi saja. Namun tidak ada salahnya anda memberikan solusi sendiri.
Kondisi lapangan setiap perusahaan itu berbeda, maka anda harus bisa memetakan lalu memberikan winning solusi untuk kondisi tersebut.
Apakah Bisnis Rongsokan Bisa Online?
Dengan semakin canggihnya teknologi sekarang, sebenarnya bisnis rongsokan bisa dilakukan secara online, tetap tidak 100% online. Lantas bagaimana cara menjalaninya? Berdasarkan pengalaman ripiku tentang dunia online era 4.1, pernah membuat suatu jasa dalam bidang perpanjakan kendaraan bermotor. Berawal dari iseng-iseng membuat blog dan website, tiba-tiba ada klien yang menghubungi kita untuk dibantu pengurusannya. Bearti dapat disimpulkan meskipun itu produk jasa, tetapi tetap bisa go-online. Begitu juga dengan bisnis rongsokan ini, tetap bisa dionline kan.
Gambaran kasar bagaimana cara bisnis rongsok bisa online yaitu, ada bisa menciptakan WEB dan blog khusus yang memuat daftar harga barang rongsokan, semisal harga plastik sekian ribu, dan harga besi rumah tangga secara real time dan kalau bisa ter-update dari waktu ke waktu. Kemudian untuk kontaknya bisa dimasukkan nomor anda sebagai pemilik, lalu untuk pengambilan tetap harus diambil secara langsung ke klient kita. Selain itu, sebagai media promosi anda bisa menggunakan media sosial seperti facebook, instagram, pinterest yang mempunyai jumlah pengguna cukup banyak. Itulah yang pernah ripiku alami untuk memulai bisnis secara online,
Namun sebagai catatan, anda harus men-setting media sosial anda secara lokal dahulu atau di wilayah sekitar anda untuk memulainya
Karena media sosial itu jangkuannya cukup luas kalau tidak kita setting, bahkan bisa seluruh Indonesia. Padahal anda di wilayah . Kurang lebih seperti itu contoh sederhana mengenai cara menjalankan secara online. Untuk pengembangannya bisa anda lakukan dengan tim developer atau orang yang mengerti tentang dunia media sosial dan internet agar hasilnya maksimal.
Kesimpulan Resiko Usaha Rongsokan
Dari sekian banyak resiko usaha rongsokan yang sudah dijelaskan diatas, yang paling berbahaya yaitu tentang barang yang tidak bisa keluar dan terjadi perubahan harga. Secara logika, akan lebih gampang mengumpulkan barang rongsok dari pada membuang barangnya atau menjualnya lagi ke pabrik pengolahan limbah dan peleburan barang mentah. Maka dari itu, kita harus mempunyai relasi bisnis yang bagus untuk mengatasi permasalahan tersebut. Karena pada akhirnya barang rongsok yang sudah terkumpul ini akan dilebur lagi menjadi barang mentah yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Ditambah dengan adanya perubahan harga barang rongsok yang tiba-tiba inilah yang menjadi momok resiko usaha rongsok. Hal ini juga dialami oleh para pengepul rongsok, menurut pengalam pebisnis rongsok yang kita ambil datanya, apabila sudah terjadi seperti ini, lebih baik barang langsung dijual saja dan menjadi uang daripada ditahan, karena dari sumber pebisnis rongsok tersebut bahwa barang rongsok akan sulit naik lagi kalau sudah turun.